Suara Nelayan Kami
Hari Nelayan Nasional Pantai Malebero kota Bengkulu Sejak di tetapkannya tanggal 6 April sebagai Hari Nelayan Nasional, ...
Hari Nelayan Nasional
Pantai Malebero kota Bengkulu
Sejak di tetapkannya tanggal 6
April sebagai Hari Nelayan Nasional, banyak aktivis, instansi dan masyarakat
yang berantusias memperingati hari peringatan tersebut. Tidak mau kalah dengan
yang lain Himpunan Mahasiswa Ilmu Kelautan (Himailka) Universitas Bengkulu pun
ikut serta merayakan Hari Nelayan Nasional.
Kegiatan Hari Nelayan Nasional
yang dilaksanakan Himailka tergolong kegiatan yang dimeriahkan kecil – kecilan karena
bertepatan dengan waktu Ujian di Universitas. Jadi Himailka hanya membagikan
selebaran Hari Nelayan Nasional yang berisi do’a – do’a untuk para nelayan
khususnya nelayan kota Bengkulu. Namun siapa sangka kegiatan yang katanya kecil
ini dapat memberikan output yang besar untuk seluruh anggota Himailka yang
hadir dan ikut merayakan kegiatan ini. Pembagian selebaran yang di akhiri
diskusi dengan para nelayan kota Bengkulu dapat membuka mata para mariners ini
mengenai permasalahan yang sebenarnya di hadapai nelayan kita (Bengkulu).
Kegiatan yang dilaksanakan di
pantai Malebero yang disertai hujan gerimis di sore hari tidak menyurutkan
semangat para sahabat Himailka untuk terus melangkahkan kaki bertemu para
nelayan. Pada salah satu pondok di pinggir pantai di tempat seorang sesepuh
nelayan pantai Malebero yang kerap di panggil Pak Ujang yang didampingi oleh
ketua HNI (Himpunan Nelayan Indonesia) Bengkulu, disana di paparkan kepada
seluruh anggota Himailka bahwa para nelayan tradisional saat ini sedang
berkonflik dengan nelayan modern. Lantaran nelayan modern menggunakan alat
tangkap Trawl yang jelas – jelas merusak lingkungan.
Nelayan tradisional bukan iri
pada nelayan modern, mereka sangat menghargai adanya penggunaan alat tangkap
modern. Namun yang disayangkan adalah alat tangkap trawl yang digunakan para
nelayan modern ini tidak ramah lingkungan. Trawl bukan hanya mengangkat ikan –
ikan kecil namun telur ikan pun ikut tergerus oleh trawl. Jika hal ini di
biarkan dan di bebaskan maka dampak yang akan di timbulkan akan besar. Tentunya
akan terjadi degradasi sumberdaya hayati ikan, karang dll.
Masalah ini sudah berlarut
lama hingga sekarang, namun belum juga ada tindakan nyata dari pihak yang
berwenang, padahal kami sudah melapor kesana kemari mengenai nelayan yang
menggunakan trawl. “tutur pak ujang”
Pak ujang juga menambahkan “untuk
apa pemerintah memberikan nelayan bantuan jika yang di dalam laut di biarkan
rusak oleh alat tangkap yang ganas. Walaupun kami mempunyai jaring yang baru,
bagus, kapal yang baru tapi ekosistem di laut sudah dirusak apalagi yang hendak
kami tangkap?”
Nelayan pantai malebero sangat
mengharapkan tindakan tegas dan bukti tindakan yang nyata menanggapi penggunaan
alat trawl. Bukankah jika lautan rusak kita semua yang akan merasakan
dampaknya. Siapa lagi yang akan menjaga laut kita jika bukan kita sendiri,
kapan lagi kita melestarikan laut kita jika bukan sekarang.
Marilah bapak/ibu pejabat,
pemangku kewenangan, penegak hukum, dan seluruh masyarakat kota Bengkulu. Bukalah
pintu hati yang masih berdetak ini untuk melihat apa yang terjadi pada orang2
pinggiran ini. Wahai kaum pemegang kekuasaan, kapan lagi akan menggunakan
kekuasaan mu untuk membantu rakyat kecil?
Kami Himpunan Mahasiswa Ilmu
Kelautan mendukung penuh tidak diperbolehkannya menangkap ikan menggunakan
Trawl di laut Bengkulu yang kami cintai ini.
Tim Himailka
Jalesveva, Jayamahe
#TR